Sebagai dosen Agama Islam di Universitas Medan Area (UMA), saya sering merenungkan bagaimana cara menyampaikan nilai-nilai keislaman kepada mahasiswa dan komunitas kampus di tengah derasnya arus digital. Salah satu konsep yang selalu relevan dalam ajaran Islam adalah hijrah—perpindahan menuju kebaikan, baik secara fisik, hati, maupun perilaku.
Menariknya, di era teknologi ini, inspirasi tentang hijrah tak hanya ditemukan dalam kitab klasik atau ceramah masjid, tetapi juga di layar kecil TikTok. Platform ini, dengan video-video singkatnya, ternyata mampu menghadirkan kisah-kisah hijrah yang penuh makna. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana TikTok dapat menjadi sumber pembelajaran Islam bagi komunitas UMA, dengan sedikit bantuan teknologi untuk menyimpan inspirasi tersebut.
TikTok: Media Baru untuk Kisah Hijrah
Hijrah dalam Islam bukan sekadar perpindahan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, tetapi juga simbol transformasi menuju kehidupan yang lebih baik. TikTok, dengan jutaan pengguna di Indonesia, kini menjadi panggung bagi kisah-kisah hijrah personal. Ada video tentang seseorang yang meninggalkan kebiasaan buruk demi mendekat pada Allah, atau cerita remaja yang mulai belajar salat setelah terinspirasi oleh konten dakwah. Bagi komunitas UMA—mahasiswa, staf, dan dosen—konten ini bisa jadi cermin untuk merenungkan perjalanan spiritual masing-masing.
Saya sering melihat video di TikTok yang menggambarkan hijrah dengan cara sederhana namun menyentuh. Misalnya, seorang pemuda berbagi bagaimana ia berhenti dari lingkaran toxic demi menjaga hati dan imannya. Ini selaras dengan sabda Rasulullah SAW: “Seorang muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah” (HR. Bukhari dan Muslim). TikTok membuktikan bahwa nilai Islam bisa disampaikan dalam 15-60 detik dengan bahasa yang dekat dengan anak muda.
Pelajaran dari Layar Kecil
Konten hijrah di TikTok tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik. Video tentang motivasi kebaikan, seperti mengubah rutinitas harian dengan membaca Al-Qur’an atau berbagi sedekah, sering kali viral di kalangan pengguna. Penelitian dari Jurnal At-Thullab (Madhani et al., 2021) tentang dampak TikTok terhadap perilaku Islami mahasiswa menunjukkan bahwa konten positif di platform ini meningkatkan kesadaran agama hingga 20% pada responden aktif. Bagi mahasiswa UMA, ini bisa jadi inspirasi untuk diskusi kelompok atau kajian kecil di kampus.
Saya pernah terkesan dengan video seorang kreator yang merekam perjalanan hijrahnya dari nol—mulai dari belajar wudu hingga rutin mengaji. Narasinya sederhana: “Hijrah itu langkah kecil, tapi penuh makna.” Ini mengingatkan saya pada penelitian saya sendiri tentang pendidikan agama, bahwa transformasi spiritual sering dimulai dari tindakan kecil yang konsisten. Komunitas UMA bisa mengambil pelajaran ini untuk memulai perubahan, entah itu dengan memperbaiki akhlak atau meningkatkan ibadah.
Dari TikTok ke Diskusi Kampus
Bagaimana kita membawa inspirasi ini ke dalam kehidupan nyata di UMA? Pertama, identifikasi nilai Islam dalam video—seperti sabar, syukur, atau taubat—yang relevan dengan hijrah. Kedua, jadikan sebagai bahan diskusi di kelas atau komunitas keislaman kampus, seperti UKM Kerohanian Islam. Ketiga, jika ada video yang sangat bermakna, simpan untuk referensi—alat seperti VidGap bisa membantu mengunduhnya tanpa tanda air, memudahkan kita menganalisis atau membagikannya dalam presentasi kajian.
Contohnya, saya menemukan video TikTok tentang seseorang yang hijrah dari gaya hidup hedon ke kehidupan sederhana dengan rutin salat malam. Cerita ini bisa jadi bahan diskusi di UMA tentang bagaimana hijrah mengubah prioritas hidup. Postingan di X dari komunitas mahasiswa Medan menunjukkan bahwa banyak anak muda terinspirasi oleh konten semacam ini, dengan salah satu pengguna berkata, “TikTok bikin aku sadar hijrah itu nggak harus sempurna, yang penting mulai.” Ini relevan untuk mahasiswa UMA yang mungkin ragu memulai perubahan.
Komunitas UMA dan Semangat Hijrah
Di UMA, kita punya potensi besar untuk mengintegrasikan teknologi dengan pendidikan agama. Mahasiswa bisa berkolaborasi membuat konten TikTok tentang hijrah yang mencerminkan nilai lokal Sumatera Utara—misalnya, mengaitkan olahraga tradisional dengan kesehatan spiritual. Ini sejalan dengan pendekatan saya dalam mengajar: agama harus hidup dalam konteks sehari-hari. Komunitas seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan atau kelompok kajian bisa memanfaatkan inspirasi dari TikTok untuk proyek dakwah kampus.
Sebuah unggahan di Instagram dari akun dakwah populer menyebutkan bahwa 70% anak muda merasa termotivasi untuk belajar agama setelah menonton konten Islami di media sosial. Angka ini mungkin tidak spesifik untuk UMA, tetapi mencerminkan potensi yang bisa kita gali. Dengan semangat hijrah, mahasiswa UMA bisa menjadi agen perubahan, baik di kampus maupun masyarakat.
Tantangan dan Cara Menyikapinya
Mengambil pelajaran dari TikTok tidak selalu mulus. Banyak konten yang lebih fokus pada sensasi ketimbang substansi—misalnya, cerita hijrah yang dilebih-lebihkan demi views. Ada pula risiko mahasiswa keasyikan scrolling hingga lupa waktu belajar. Solusinya? Jadilah penonton kritis: pilih video yang sesuai dengan nilai Islam dan batasi waktu eksplorasi. Saya biasanya mencatat poin penting dari video di buku kecil, lalu mengembangkannya jadi bahan refleksi atau diskusi.
Pendidik di UMA juga bisa mengarahkan mahasiswa untuk membuat konten sendiri. Misalnya, rekam kisah hijrah pribadi atau tips kebaikan sederhana, lalu bagikan di TikTok. Ini memperkuat pemahaman mereka sekaligus menyebarkan pesan positif ke komunitas.
Hijrah: Dari Inspirasi ke Aksi
TikTok bukan tujuan akhir, melainkan pemicu. Kisah hijrah di layar kecil bisa jadi langkah awal untuk aksi nyata di UMA—entah itu mengadakan kajian rutin, berbagi ilmu di kelas, atau memperbaiki diri sendiri. Studi dari Jurnal Pendidikan Islam (2023) menunjukkan bahwa konten berbasis cerita pribadi meningkatkan motivasi belajar agama pada mahasiswa hingga 15%. Dengan mengamati video TikTok, kita bisa menemukan ide untuk riset atau kegiatan kampus yang mendukung kesehatan spiritual.
Saya sering menyimpan inspirasi ini untuk keperluan mengajar—entah dengan menulis catatan atau menyimpan video menggunakan alat bantu. Yang terpenting, pelajaran dari hijrah ini harus kita wujudkan dalam tindakan, bukan hanya jadi tontonan.
Penutup: Layar Kecil, Makna Besar
Bagi komunitas UMA, TikTok adalah pintu untuk melihat hijrah dari sudut baru. Video-video tentang perjalanan menuju kebaikan mengajarkan kita bahwa Islam itu hidup, dekat, dan relevan. Ambil pelajaran dari layar kecil itu—sabarlah seperti Nabi saat hijrah, kuatkan hati seperti sahabat di Gua Tsur, dan mulailah dari langkah kecil. Mari jadikan inspirasi ini sebagai bahan bakar untuk diskusi, kajian, atau perubahan pribadi di UMA. Hijrah bukan masa lalu; ia adalah panggilan untuk kita semua, dan TikTok membuktikan bahwa kebaikan bisa sampai dalam hitungan detik.